Samar-samar
terdengar suara kicauan burung ditelingaku, pelahan-lahan mengangkat kedua
tangan kearah langit-langit kamar dengan seksama bibirpun ikut membuka,
menguap. Suara kicauan yang semakin lama semakin terdengar jelas mengantarku
untuk segera membuka kedua mata dan melakukan kebiasaan anak muda jaman
sekarang, yaitu menggapai handphone yang ku letakkan di meja seberang tempat
dimana aku merebahkan tubuh semalam. ‘Jam berapa sih ini, suara burung sudah
terdengar jelas ditelinga’, gumamku sambil melihat kearah jam berbentuk analog
di handphoneku. Ternyata jam analog tersebut menunjukan pukul setengah lima
pagi. Dengan mata yang tak kuasa menahan rasa kantuk yang tak tertahankan, Aku
pun merebahkan tubuh kembali ketempat yang sedari tadi saya gunakan untuk
tidur.
Tidak lama dari aku merebahkan tubuh kembali, mungkin
sekitar lima menit saja suara mama sudah terdengar sedang membangunkanku.
‘Selamat pagi kakak, ayo bangun sholat subuh berjama’ah yuk sayang, itu sudah
ditunggu adik sama papa’, kebiasaan mama setiap pagi membangunkan aku untuk
sholat berjama’ah. ‘mama aku masih ngantuk, lima menit lagi deh bangunin aku
lagi’, jawabku sembari menutup muka dengan selimut bergambar micky mouse.
‘kebiasaan ya ini kalau di bangunin susah’, jawab mama lagi dengan mengambil
selimut yang sedang aku kenakan. ‘mama, masih mau tidur ngantuk nih lagi pula
kan hari libur sih, enak aja aku yang susah dibangunin kakak tuh paling susah,
emang sudah bangun tuh si kakak?’, jawabku sambil merangkul guling lalu
berbalik badan membelakangi mama. ‘anak ini ya bandel kalau dibilangin!’, kata
mama sambil menarik kakiku kearah lantai dan menggelitiki leherku. ‘mamaaaaaaaaaaaaaa, iya banguuuun jangan gini
dong’, teriakku sambil meloncat dari atas tempat tidur dan segera mambuka mata
lebar-lebar. ‘sudah sana cuci muka, ambil air wudhu lalu ke mushola’, perintah
mama kepadaku sambil berjalan menuju kamar kakak. ‘siap Ibu Negara’, jawabku
sambil berlari ke arah mama untuk menggelitiki pinggangnya, lalu berlari
kencang menuju kamar mandi sebelum mama berlari mengejarku. ‘dasar anak
manja!’, kata mama sambil membalikan tubuhnya untuk melihat ke arahku.
Sebetulnya ingin membalasku, tapi apa daya mama ingin segera membangunkan kakak
laki-lakiku yang super duper susah dibangunin dari pada aku.
Setelah aku lihat mama masuk ke kamar kakak, akupun tak
segera masuk ke dalam kamar mandi untuk cuci muka dan berwudhu seperti perintah
mama tadi akan tetapi aku kembali menuju kamar kakak dan mengintip mama
membangunkan kakak. Aku melihat susah payah mama membangunkan kakak laki-lakiku
itu. Karena selain memang bangunnya susah, dia juga baru pulang pukul satu dini
hari tadi. Sekitar lima menit lebih mama membangunkan kakakku, berbagai cara
beliau lakukan untuk membangunkannya akan tetapi sia-sia. Kakakku pun tak
kunjung membuka matanya. ‘Yudha, ayo bangun kak’, suara mama membangunkan
kakakku sambil mencubit-cubit bulu kakinya yang rimbun itu. Aku tertawa kecil
melihat mama membangunkan kakak dengan berbagai cara yang mengundang tawa. Dalam
persembunyianku, akhirnya aku mengeluarkan suara juga. ‘Hayooo susahan mana
mbangunin kakak atau aku ma?’, tanyaku kepada mama dengan kepala sedikit masuk
ke kamar kakak. ‘Heh anak ini ya, disuruh cuci muka dan segera ambil air wudhu
malah ngeledekin mama’, jawab mama sewot karena ketahuan kalau buat kakak bangun
lebih susah dari pada aku. ‘hahahahahahaaha weekkkk’, aku tertawa sambil
menjulurkan lidah kepada mama yang sewot. Mama membalas dengan tertawa kecil.
Aku berjalan menuju arah kamar mandi, saat aku berjalan terdengar suara papa
berteriak memberi perintah kepada orang yang belum menuju kearah mushola karena
sedari tadi ayah menunggu bersama adik disana. ‘wooooii mama, kakak, Nia, ayo
cepat, keburu siang ini buat sholat subuh’, teriak papa. ‘iya pa, bentar ini Yudha
sama Nia barusan bangun, susah banget kakak-kakak ini dibangunin.’ Jawab mama
juga sambil berteriak dari kamar kakak. Setelah mendengarkan jawaban mama, papa
langsung kembali mengajari adik mengaji.
‘Sudah siap nih pa, yuk sholat.’ Ajakku beberapa menit
setalah kami mempersiapkan semuanya. ‘Sudah? Beneran? Ciyus? Miyapah? nggak
engkel-engkelan lagi?’, jawab papa sambil menirukan bahasa-bahasa gaul anak muda jaman sekarang.
‘Papaaaaaaa kenapa jadi ikut-ikutan pake kata-kata alay gitu?’, tanya kakak
kepada papa yang sedari tadi melongo mendengar papa berbicara seperti itu. ‘woi
woi woi, sudah-sudah ayo sholat dulu, nanti dilanjutkan lagi bercandanya, lihat
itu adekmu sudah berdiri siap untuk sholat.’ sela mama menghentikan aku, kakak
dan papa sambil menunjuk adik yang sudah berdiri siap untuk sholat. ‘Iya-iya
kaka……….’ jawab papa dengan kata-kata candaan lagi.
Terdengar merdu suara kakak mengumandangkan Iqoma, lalu
mendengarkan Imam dari keluargaku membacakan surat-surat pendek dalam sholat.Aku,
kakak, adek, mama, mengikuti imam tersebut dibelakangnya. Setelah sudah dua
roka’at terlaksana, seperti biasanya anak-anak harus mencium tempurung tangan
orang tua. Kakakku mendahului untuk mencium tangan papa lalu mama, dan diikuti
aku dan adik di belakang kakak. Setelah selesai bersalaman kami melanjutkan
untuk saling berdoa, saling mendoakan antara satu dengan yang lainnya.
Setelah selesai sholat subuh, kami melanjutkan aktivitas
masing-masing. Karena hari ini sekolah libur, maka aku memutuskan untuk kembali
berbaring ditempat tidurku. Kuambil handphone yang tadi aku letakkan di atas
tempat tidurku itu. Mengarahkan trackball kearah Blacberry Messenger, dan
membalas chat-chat yang aku tinggalkan tadi malam. ‘Ni, gimana kamu jadi bantu
aku kan?’ terpampang pesan dari Bella di layar handphone berwarna ungu itu.
Segera aku membalasnya ‘jadi kok, jam berapa aku kerumahmu?’ aku balik
bertanya. ‘Jam tujuh ya kamu kesini, aku belum tau konsepnya nih, yayayaya :3’
balas Bella di chat tersebut. ‘loh eh pagi banget :o sama siapa aja sih?’
jawabku dengan ekspresi kaget. ‘Sama Risma, Dika dan Dikta’ jawabnya. ‘Duh pagi
amat, aku masih ngantuk Bell’, Jawabku terhadap Bella. ‘ayolah demi
terlaksananya ini acara’ mohon Bella kepadaku. ‘Oke tapi anak-anak yang lain
juga harus datang jam segitu’ jawabku sedikit ngomel. ‘Iya-iya bawel,’ jawab
Bella. Setelah membalas Chat di BlackBerry Messanger dari Bella, segera aku
menyalakan alarm handphone tepat pukul setengah tujuh pagi, lalu melanjutkan
tidur yang sempat terganggu tadi.
Pukul setengah tujuh tepat lagu berjudul You Belong With Me dari Taylor Swift terdengar
jelas di telingaku. Segera aku membuka mata dan mematikan suara yang menikam
gendang telingaku karena letak handphone sengaja tidak aku jauhkan dari kepalaku.
Aku duduk terdiam dan memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini.
Kebiasaanku setelah bangun tidur selalu saja bingung apa yang harus dilakukan.
Setelah beberapa menit aku hanya terdiam duduk di tepi tempat tidur sambil
mengayunkan kaki, aku menemukan hal apa yang harus aku lakukan saat itu, mandi.
Aku berjalan menuju lemari baju yang terletak di pojokan kamar. Membukanya lalu
mengambil kaos berwarna biru dongker dengan variasi warna putih di bagian
tubuhnya. Setelah itu, aku membuka lemari yang berada diatas lemari baju, yaitu
lemari celana, segera aku ambil celana jeans panjang berwarna biru. Dengan
langkah malas, aku berjalan menuju tempat jemuran baju untuk mengambil handuk.
Setelah mendapatkannya aku langsung berjalan menuju arah kamar mandi yang
letaknya tidak jauh dari jemuran.
‘And who do you think you are, runnin’ ‘round leaving
scars……’aku bernyanyi dalam kamar mandi. ‘woiiii fals woiiiiiiii’, sahut papa
dari luar kamar mandi. ‘Cuek! Collecting your jar of heart and tearing love
apart…..’ jawabku cuek sembari melanjutkan nyanyian yang aku nyanyikan
sebelumnya. Sekitar tiga puluh menit sudah aku menghabiskan waktu di kamar
mandi. Aku berjalan menuju kamar untuk mempersiapkan segalanya sebelum aku
berangkat ke rumah Bella. Setelah aku menginjak lantai kamar, langsung aku
mengambil handphone yang sedang aku isi batrainya di dekat televisi. ‘PING!!!
PING!!! PING!!!’ terpampang chat Bella kepadaku. Segera aku membacanya lalu
membalasnya ‘Apa Bell?’. ‘Kamu dimana? Ayo kesini, anak-anak belom dateng nih’
jawabnya lagi, ‘iya sebentar ini baru selesai mandi’, jawabku datar karena
tidak enak mempersiapkan sesuatu sambil memegang handphone. ‘iya, jangan lupa
jemput Risma ya Ni J’ jawabnya sambil menyuruhku untuk
menjemput Risma nanti sewaktu aku berangkat ke rumah Bella. ‘Y’ jawabku
singkat.
Pagi ini aku mempersiapkan diri untuk menuju rumah Bella,
karena sejak sebulan yang lalu aku disuruh membantunya untuk memberikan kejutan
ulang tahun untuk pacar Bella. Kebetulan hari ini hari libur, jadi aku memutuskan
untuk membantunya dengan senang hati. Karena pacar Bella juga teman satu
sekolah aku dan juga Bella.
Setelah semua sudah siap, aku segera menuju kamar mama
untuk berpamitan. ‘ma, aku mau kerumah Bella nih, mau kasih kejutan buat
pacarnya yang ulang tahun hehe’ amitku kepada mama yang sedang duduk asik
melihat gosip di televisi. ‘Sama siapa nak? Naek apa? Pulang jam berapa? ‘
tanya mama beruntun tanpa memperbolehkan aku menjawabnya terlebih dahulu.
‘Sendiri ma, nanti aku jemput Risma dulu kok, rumahnya deket sama Bella cuman
dia lagi gak ada sepeda motor, naek motorlah ma masa odong-odong hehe, kalau
pulangnya sih aku gak tau ya jam berapa, namanya aja kejutan ma, kan belum tau
bakal terlaksana jam berapa jadi juga gak tau bakalan selesai jam berapa nanti’
jawabku panjang lebar nan runtut dengan pertanyaannya dari mama tadi. ‘Yaudah,
ini uang sakunya, hati-hati di jalan nak’ jawab mama sambil memberi uang jajan
kepadaku. ‘iya ma muuciw yaw’ jawabku menggunakan bahasa alay jaman sekarang
sambil mencium tangan mama, lalu berjalan kearah papa yang sedang asyik membaca
Koran di teras rumah. ‘Pa, aku berangkat dulu, mau ke rumah Bella. Daaaaaa’
pamitku kepada papa sembari merebut tangannya yang sedang asyik memegang Koran.
Seperti yang aku katakan, papa sedang asyik membaca Koran jadi pada saat aku
pamit pun papa hanya menganggukkan kepala tanpa melihat ke arahku sedikipun,
kebiasaan.
Sembari memanaskan sekutermatic kesayanganku sebelum
digunakan untuk pergi, aku memasangkan alat yang digunakan untuk mendengarkan
musik yang terhubung dari handphone. Inilah perbuatan yang sangat salah bahkan
dilarang oleh hukum, mendengarkan musik saat mengendarai motor, mungkin jika
polisi melihatku, aku kan tertilang olehnya. Akan tetapi apa daya inilah
kebiasaan, aku memang tidak bisa jika tidak mendengarkan musik pada saat
mengendarai motor terkecuali jika aku membawa seorang teman dalam boncengan
belakang motor. Karena jika tidak mendengarkan musik, aku bisa melamun
sepanjang perjalanan dan itu sangat membahayakan aku bahkan siapapun saja yang
melamun pada saat mengendarai motor.
Sepeda motor sudah siap di operasikan, akhirnya pun aku
mengirimkan pesan kepada Risma untuk memberitahukannya bahwa aku akan menuju
rumahnya untuk menjemputnya. ‘Hey ndut, aku kerumahmu ini udah siap kan?’
tanyaku dalam pesan singkat itu. ‘Nia aku baru bangun nih.’ Jawabnya seperti
orang tanpa dosa. ‘yaudah cepet sana mandi, aku ini sudah otw’ jawabku sambil
menekan playlist lagu yang ada di media handphoneku lalu meletakkan handphone
dalam saku sebelah kiri sepeda motor. Aku mengendarai motor dengan kecepatan 40
Km/Jam, tidak seperti biasanya aku mengendarai motor sepelan itu, kali ini aku
mengendarai sepelan itu karena sembari menunggu Risma yang masih berguyur air
dirumahnya, mandi. Dari pada aku menunggu lama dirumahnya, lebih baik aku
menunggu di jalan sambil mendengarkan lagu-lagu yang sudah mengantri untuk di
putar dalam playlist.
Sekitar dua puluh menit sudah aku dalam perjalanan menuju
rumah Risma yang sebetulnya hanya dapat ditempuh kurang lebih sepuluh menit
dari rumahku,, akhirnya aku tiba di depan rumah yang aku tuju, yaitu rumah
Risma. Di depan rumah tersebut telah berdiri wanita berkulit putih yang
terlihat seperti menunggu seseorang. ‘Asslamuallaikum tante, Risma ada?.’
Tanyaku kepada orang tersebut yang aku ketahui itu adalah mama dari Risma. ‘Oh
iya mbak Nia, ayo masuk dulu itu Rismanya masih keringin rambut. Ris,, ini Nia
sudah datang’ jawab mamanya sembari memanggil Risma yang sedang mengeringkan
rambut di ruang tamu. ‘Iya ma bentar,,,,’ jawab Risma sambil sedikit berteriak
karena keberadaanya sedikit jauh dari aku dan mamanya. Beberapa menit aku
menunggu sambil berbicara hal-hal yang menundang tawa dengan mamanya, Risma
datang dengan tertawa kecil khas dari dia. Setelah semua sudah siap aku dan
Risma memutuskan untuk berangkat menujnu rumah Bella. Aku dan Risma mencium
tangan mamanya untuk berpamitan yang sedari tadi berdiri di depan gerbang
rumahnya.
Karena jarak rumah Risma dan rumah Bella yang tidak
terlalu jauh, hanya selisih sekitar dua gang saja, kami dapat menempuh hanya
selama lima menit saja. Sekarang aku sedang berada di depan gerbang rumah
berwarna putih dan tingginya hanya sedada orang dewasa. Risma memutuskan untuk
memanggil Bella dari luar gerbang tersebut. Tidak lama kemudian muncullah
kepala Bella dari pintu utama di rumahnya, ia tidak memakai kerudung, ya
biasanya dia memakai kerudung, karena mungkin ia baru saja selesai mandi. ‘Ayo
masuk, buka sendiri gebangnya aku tidak memakai kerudung nih,’ suruhnya sambil menyembunyikan
badan di balik pintu sehingga yang terlihat hanya setengah dari wajahnya saja.
Segera Risma membuka gerbang tersebut dan segera juga aku memasukkan sepeda
motor dalam garasi rumah Bella. ‘Dimana Dika sama Dikta, Bell?’ tanyaku sambil
meletakkan motor disebelah mobil Bella. ‘Entahlah, mereka belum datang Ni, coba
deh BBM Dika, dia lagi dimana coba,’ jawabnya malas. ‘iya sebentar.’ Jawabku
singkat karena sedang sibuk melepas helm dan jaket yang aku kenakan dalam
perjalanan menuju rumah Bella.
Bella mengajakku dan Risma untuk menuju kamarnya, segera
aku melaksanakan perintah Bella untuk mengirimkan BlackBerry Messenger kepada
Dika. ‘Dik, kamu dimana? Ayo cepet kerumah Bella, aku sama Risma sudah disini
nih,’ terpampang chatku kepada dika. ‘iya, ini lagi prepare Ni, bilang ke Bella
sabar,’ jawab Dika cepat. Dika dan Dikta adalah teman dekat dari pacar Bella,
jadi Bella memutuskan untuk mengajaknya memberi kejutan untuk pacarnya. Sembari
menunggu Dika dan Dikta, aku merencanakan sesuatu bersama Bella dan Risma
sesekali dengan candaan yang biasa kami lakukan bersama. Disekolah kami, aku,
Risma dan Bella sudah terkenal sebagai teman dekat yang tidak terpisahkan sejak
kelas dua Sekolah Menengah Atas. Kemanapun kami selalu bersama, entah itu ke
kantin, ke mushola, bahkan ke toilet pun kami selalu bersama.
Telah lama kami menunggu Dika dan Dikta, dari kamar Bella
terdengar suara sepeda motor satria yang suaranya khas. ‘Nah itu pasti Dika,’
kataku menyahut candaan Bella. ‘Mana sih? Bukan ah,’ jawab Bella sambil
mendengarkan sumber suara,’Iya itu Dika, aku kenal suara sepeda
motornya,’jawabku ingin mempercayakan Bella dan Risma. ‘ehem iya iya yang serba
tau tentang Dika,’ canda Risma kepadaku. Aku tak menjawab candaannya, hanya
tersenyum dengan sipu malu. Setelah Bella dan Risma percaya bahwa yang datang
adalah Dika dan Dikta segeralah kami menuju teras rumah untuk mempersilahkan
mereka masuk kedalam rumah. Kami semua duduk di ruang tamu, sembari menyajikan
beberapa minuman instan, Bella mulai membicarakan tentang kejutan yang akan
diberikan kepada pacarnya, Tio. ‘Guys, gimana ini jadinya nanti kalau si Tio
sudah datang kesini?’ tanya Bella kepada semua orang yang ada di dalam ruang
tamu tersebut. ‘Seperti apa yang kita rencanakan sebelumnya saja Bell, nanti
kamu yang menyambutnya datang, suruh dia masuk kedalam rumah setelah itu kamu
minta tolong ke dia untuk mengantarmu membeli bubur ayam, seperti alasan kamu
menyuruhnya datang kemari,’ saranku kepada Bella. ‘Iya bel, nanti kita sembunyi
di garasi saja, setelah kalian keluar rumah baru kita-kita keluar dan langsung
menyiramnya dengan air dan berbagai macamnya hehe,’ sahut Dika memberikan saran
juga. ‘Nah, kamu yang bawa airnya Dik, Nia yang bawa telornya nanti aku yang
bawa tepungnya,’ sahut Risma tak ingin kalah memberikan saran. ‘Okey, saran
yang bagus, terserah kalian saja gimana caranya biar berhasil, nanti setelah
dia belepotan semua baru aku masuk kedalam rumah lalu mengambil kue yang telah
aku beli semalam, setuju?’ jawab Bella menyetujui saran teman-temannya dan
memastikan setuju tidakkah teman-teman yang lain atas saran yang ada.
‘Setuju!!!!!,’ Jawab kami serentak.
Sembari menunggu Tio yang tak kunjung tiba, kami
memutuskan mengisi waktu dengan bercanda, mendengarkan musik dan juga melihat
video-video yang mengundang gelak tawa kami. Tiba-tiba Dikta menerima pesan
singkat dari teman Tim Futsalnya bahwa dia harus segera menuju Gor futsal untuk
mengikuti turnamen. Pada akhirnya Dikta meninggalkan rumah Bella, untuk
mengikuti turnamen tersebut, Disini tinggalah Dika pria seorang diri, akan
tetapi itu tidak menghalangi kami untuk terus menciptakan suasana ramai. Tidak
lama setelah Dikta pergi meninggalkan rumah Bella, terdengar suara pintu
gerbang terbuka, segera aku mengintip dari balik jendela. ‘Woi Tio datang woi
ayo ke garasi,’ kataku kepada teman – teman yang tetap memamerkan giginya,
tertawa. ‘Hah? Beneran?,’ tanya Risma kaget. ‘Serius, udah jangan banyak tanya
ayoooo!!,’ jawabku meyakinkan sembari menarik tangan Risma dan Dika yang banyak
bertanya. Segera aku, Risma dan Dika bersembunyi di balik mobil untuk menunggu
Tio dan Bella keluar dari rumah yang rencananya akan membeli bubur ayam.
Sudah dalam posisi yang direncanakan tadi, Dika membawa
ember yang berisi air, aku membawa tujuh buah telur yang dibawa dengan kantung
plastik dan Risma membawa satu plastik tepung terigu. Aku melihat dari
sela-sela pintu garasi, disana aku melihat kaki Bella dan Tio mendekati pintu
gerbang untuk keluar rumah. Segera aku memberi aba-aba kepada Dika untuk segera
keluar dan menyiramkan air kepada Tio. Tidak bisa menghindari, Tio pun terkena
serangan dari kami. Bella yang berdiri didepan pintu utama rumahnya hanya
tertawa melihat pacarnya dibuat hapir seperti adonan kue. Tio tertawa lebar
setelah mengetahui bahwa dirinya diberi kejutan pada saat hari ulang tahunnya.
Ia meratapi kaos yang dikenakannya, ‘waduh, barusan mandi sudah kayak gini lagi
ya, bagus kalian hahaha,’ kata Tio sambil tertawa melihat kawan-kawan dan
pacarnya tertawa puas. ‘Sudah terima saja bro hehehe,’ jawab Dika sambil
meneruskan tertawa yang semakin keras. Setelah itu Bella masuk kedalam rumah
untuk mengambil kue yang ia beli semalam, lalu membawanya keluar dan diberikan
kepada Tio yang masih belepotan. ‘Happy Birthday to you… happy birthday to you…’
Suara Bella dari pintu utama rumahnya memualai nyanyian Happy birthday lalu
diikuti Dika, Risma dan aku. Terlihat disana suasana romantis yang tercipta
antara Bella dan Tio. Aku, Risma dan Dika hanya ikut bernyanyi sembari
menyaksikan Bella memberikan kue kepada Tio, Tio meniup lilinnya dan juga
memotong kuenya. Mata Tio tampak berkaca-kaca menyaksikan kejutan dari pacarnya
dan juga kawan-kawannya. ‘Terima kasih banyak ya semua sudah mau kasih kejutan
hehe,’ kata Tio berterima kasih kepada kami semua. ‘Sama-sama ya,’ jawab kami
saling bergantian. ‘yuk kita sekarang bersihkan sisa-sisa kotoran ini, Tio kamu
mandi sana, sudah aku siapkan baju ganti + handuknya,’ ajak Bella dan perintah
Bella kepada Tio. Segera Tio menuju kamar mandi karena sudah terlihat dari tadi
ia sudah tidak tahan dengan bau telur yang menyengat hidungnya.
Jika
dilakukan dengan orang yang kita sayang sesederhana apapun akan terasa istimewa
dan tak tergantikan. Keakraban antar kawan semakin rekat dan tampak pada hari
ini, kami membersihkan bekas-bekas tepung terigu dan kulit telur dengan
seksama. Banyak candaan pada saat kami membersihkan sisa-sisa kotoran ini. Ada
yang saling menyiram air antar satu dengan lainnya, ada juga yang memberi cream
kue di muka temannya. Semua terlihat akrab dan kekeluargaan. Setelah selesai
membersihakan jalan yang terdapat sisa-sisa tepung tertigu dan kulit telur,
kami melanjutkan dengan saling bertukar cerita di ruang tamu sembari menunggu
Tio selesai mandi.
Setelah
berjam-jam kami bersama, mulai tampak wajah-wajah lelah di muka teman-temanku.
Aku memutuskan untuk berpamitan kepada Bella dengan diikuti teman-teman yang
lain yang juga ingin pulang ke rumah masing – masing. ‘Bella, aku pulang dulu
ya?’ tanyaku meminta ijin kepada Bella. ‘Iya Bel aku juga,’ lanjut Risma.
‘iyadeh aku juga,’ lanjut Dika yang juga inginkan pulang. ‘Baiklah, terimakasih
ya sudah bantu aku, aku senang mempunyai teman yang selalu ada buat aku dalam
senang maupun duka, seperti hari ini, aku senang, karena itu juga ada kalian
disini,’ jawab Bella mengijinkan kami pulang dan juga tidak lupa mngucapkan
terima kasih kepada kami. ‘Iya, makasih juga ya sudah kasih kejutan ke aku,’
tambah Tio yang berdiri disebelah Bella. ‘yoi, sama – sama ya,’ jawab Risma.
‘Yoi bro sama – sama, jangan lupa ya kalau sekolah traktiran ditunggu di
kantin,’ lanjut Dika sambil memulai candaan kembali. ‘Nah, bagus! Setuju deh
Dik sama kamu,’ lanjutku atas Candaan Dika. ‘Ehem cie-cie yang satu pendapat
nih Nia sama Dika,’ canda Bella kepadaku dan juga kepada Dika. ‘Apasih
engga…..,’ kataku malu-malu menjawab candaan Bella. Dika hanya tertawa
mendengar candaan Bella dan melihat wajah merahku yang mulai muncul terlihat.
Dan akhirnya kami memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.
( Cerpen
jaman modus )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar