Selasa, 18 Juni 2013

KEJUTAN UNTUK KAWAN


Samar-samar terdengar suara kicauan burung ditelingaku, pelahan-lahan mengangkat kedua tangan kearah langit-langit kamar dengan seksama bibirpun ikut membuka, menguap. Suara kicauan yang semakin lama semakin terdengar jelas mengantarku untuk segera membuka kedua mata dan melakukan kebiasaan anak muda jaman sekarang, yaitu menggapai handphone yang ku letakkan di meja seberang tempat dimana aku merebahkan tubuh semalam. ‘Jam berapa sih ini, suara burung sudah terdengar jelas ditelinga’, gumamku sambil melihat kearah jam berbentuk analog di handphoneku. Ternyata jam analog tersebut menunjukan pukul setengah lima pagi. Dengan mata yang tak kuasa menahan rasa kantuk yang tak tertahankan, Aku pun merebahkan tubuh kembali ketempat yang sedari tadi saya gunakan untuk tidur.
            Tidak lama dari aku merebahkan tubuh kembali, mungkin sekitar lima menit saja suara mama sudah terdengar sedang membangunkanku. ‘Selamat pagi kakak, ayo bangun sholat subuh berjama’ah yuk sayang, itu sudah ditunggu adik sama papa’, kebiasaan mama setiap pagi membangunkan aku untuk sholat berjama’ah. ‘mama aku masih ngantuk, lima menit lagi deh bangunin aku lagi’, jawabku sembari menutup muka dengan selimut bergambar micky mouse. ‘kebiasaan ya ini kalau di bangunin susah’, jawab mama lagi dengan mengambil selimut yang sedang aku kenakan. ‘mama, masih mau tidur ngantuk nih lagi pula kan hari libur sih, enak aja aku yang susah dibangunin kakak tuh paling susah, emang sudah bangun tuh si kakak?’, jawabku sambil merangkul guling lalu berbalik badan membelakangi mama. ‘anak ini ya bandel kalau dibilangin!’, kata mama sambil menarik kakiku kearah lantai dan menggelitiki leherku.  ‘mamaaaaaaaaaaaaaa, iya banguuuun jangan gini dong’, teriakku sambil meloncat dari atas tempat tidur dan segera mambuka mata lebar-lebar. ‘sudah sana cuci muka, ambil air wudhu lalu ke mushola’, perintah mama kepadaku sambil berjalan menuju kamar kakak. ‘siap Ibu Negara’, jawabku sambil berlari ke arah mama untuk menggelitiki pinggangnya, lalu berlari kencang menuju kamar mandi sebelum mama berlari mengejarku. ‘dasar anak manja!’, kata mama sambil membalikan tubuhnya untuk melihat ke arahku. Sebetulnya ingin membalasku, tapi apa daya mama ingin segera membangunkan kakak laki-lakiku yang super duper susah dibangunin dari pada aku.
            Setelah aku lihat mama masuk ke kamar kakak, akupun tak segera masuk ke dalam kamar mandi untuk cuci muka dan berwudhu seperti perintah mama tadi akan tetapi aku kembali menuju kamar kakak dan mengintip mama membangunkan kakak. Aku melihat susah payah mama membangunkan kakak laki-lakiku itu. Karena selain memang bangunnya susah, dia juga baru pulang pukul satu dini hari tadi. Sekitar lima menit lebih mama membangunkan kakakku, berbagai cara beliau lakukan untuk membangunkannya akan tetapi sia-sia. Kakakku pun tak kunjung membuka matanya. ‘Yudha, ayo bangun kak’, suara mama membangunkan kakakku sambil mencubit-cubit bulu kakinya yang rimbun itu. Aku tertawa kecil melihat mama membangunkan kakak dengan berbagai cara yang mengundang tawa. Dalam persembunyianku, akhirnya aku mengeluarkan suara juga. ‘Hayooo susahan mana mbangunin kakak atau aku ma?’, tanyaku kepada mama dengan kepala sedikit masuk ke kamar kakak. ‘Heh anak ini ya, disuruh cuci muka dan segera ambil air wudhu malah ngeledekin mama’, jawab mama sewot karena ketahuan kalau buat kakak bangun lebih susah dari pada aku. ‘hahahahahahaaha weekkkk’, aku tertawa sambil menjulurkan lidah kepada mama yang sewot. Mama membalas dengan tertawa kecil. Aku berjalan menuju arah kamar mandi, saat aku berjalan terdengar suara papa berteriak memberi perintah kepada orang yang belum menuju kearah mushola karena sedari tadi ayah menunggu bersama adik disana. ‘wooooii mama, kakak, Nia, ayo cepat, keburu siang ini buat sholat subuh’, teriak papa. ‘iya pa, bentar ini Yudha sama Nia barusan bangun, susah banget kakak-kakak ini dibangunin.’ Jawab mama juga sambil berteriak dari kamar kakak. Setelah mendengarkan jawaban mama, papa langsung kembali mengajari adik mengaji.
            ‘Sudah siap nih pa, yuk sholat.’ Ajakku beberapa menit setalah kami mempersiapkan semuanya. ‘Sudah? Beneran? Ciyus? Miyapah? nggak engkel-engkelan lagi?’, jawab papa sambil menirukan  bahasa-bahasa gaul anak muda jaman sekarang. ‘Papaaaaaaa kenapa jadi ikut-ikutan pake kata-kata alay gitu?’, tanya kakak kepada papa yang sedari tadi melongo mendengar papa berbicara seperti itu. ‘woi woi woi, sudah-sudah ayo sholat dulu, nanti dilanjutkan lagi bercandanya, lihat itu adekmu sudah berdiri siap untuk sholat.’ sela mama menghentikan aku, kakak dan papa sambil menunjuk adik yang sudah berdiri siap untuk sholat. ‘Iya-iya kaka……….’ jawab papa dengan kata-kata candaan lagi.
            Terdengar merdu suara kakak mengumandangkan Iqoma, lalu mendengarkan Imam dari keluargaku membacakan surat-surat pendek dalam sholat.Aku, kakak, adek, mama, mengikuti imam tersebut dibelakangnya. Setelah sudah dua roka’at terlaksana, seperti biasanya anak-anak harus mencium tempurung tangan orang tua. Kakakku mendahului untuk mencium tangan papa lalu mama, dan diikuti aku dan adik di belakang kakak. Setelah selesai bersalaman kami melanjutkan untuk saling berdoa, saling mendoakan antara satu dengan yang lainnya.
            Setelah selesai sholat subuh, kami melanjutkan aktivitas masing-masing. Karena hari ini sekolah libur, maka aku memutuskan untuk kembali berbaring ditempat tidurku. Kuambil handphone yang tadi aku letakkan di atas tempat tidurku itu. Mengarahkan trackball kearah Blacberry Messenger, dan membalas chat-chat yang aku tinggalkan tadi malam. ‘Ni, gimana kamu jadi bantu aku kan?’ terpampang pesan dari Bella di layar handphone berwarna ungu itu. Segera aku membalasnya ‘jadi kok, jam berapa aku kerumahmu?’ aku balik bertanya. ‘Jam tujuh ya kamu kesini, aku belum tau konsepnya nih, yayayaya :3’ balas Bella di chat tersebut. ‘loh eh pagi banget :o sama siapa aja sih?’ jawabku dengan ekspresi kaget. ‘Sama Risma, Dika dan Dikta’ jawabnya. ‘Duh pagi amat, aku masih ngantuk Bell’, Jawabku terhadap Bella. ‘ayolah demi terlaksananya ini acara’ mohon Bella kepadaku. ‘Oke tapi anak-anak yang lain juga harus datang jam segitu’ jawabku sedikit ngomel. ‘Iya-iya bawel,’ jawab Bella. Setelah membalas Chat di BlackBerry Messanger dari Bella, segera aku menyalakan alarm handphone tepat pukul setengah tujuh pagi, lalu melanjutkan tidur yang sempat terganggu tadi.
            Pukul setengah tujuh tepat lagu berjudul You Belong With Me dari Taylor Swift terdengar jelas di telingaku. Segera aku membuka mata dan mematikan suara yang menikam gendang telingaku karena letak handphone sengaja tidak aku jauhkan dari kepalaku. Aku duduk terdiam dan memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini. Kebiasaanku setelah bangun tidur selalu saja bingung apa yang harus dilakukan. Setelah beberapa menit aku hanya terdiam duduk di tepi tempat tidur sambil mengayunkan kaki, aku menemukan hal apa yang harus aku lakukan saat itu, mandi. Aku berjalan menuju lemari baju yang terletak di pojokan kamar. Membukanya lalu mengambil kaos berwarna biru dongker dengan variasi warna putih di bagian tubuhnya. Setelah itu, aku membuka lemari yang berada diatas lemari baju, yaitu lemari celana, segera aku ambil celana jeans panjang berwarna biru. Dengan langkah malas, aku berjalan menuju tempat jemuran baju untuk mengambil handuk. Setelah mendapatkannya aku langsung berjalan menuju arah kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari jemuran.
            ‘And who do you think you are, runnin’ ‘round leaving scars……’aku bernyanyi dalam kamar mandi. ‘woiiii fals woiiiiiiii’, sahut papa dari luar kamar mandi. ‘Cuek! Collecting your jar of heart and tearing love apart…..’ jawabku cuek sembari melanjutkan nyanyian yang aku nyanyikan sebelumnya. Sekitar tiga puluh menit sudah aku menghabiskan waktu di kamar mandi. Aku berjalan menuju kamar untuk mempersiapkan segalanya sebelum aku berangkat ke rumah Bella. Setelah aku menginjak lantai kamar, langsung aku mengambil handphone yang sedang aku isi batrainya di dekat televisi. ‘PING!!! PING!!! PING!!!’ terpampang chat Bella kepadaku. Segera aku membacanya lalu membalasnya ‘Apa Bell?’. ‘Kamu dimana? Ayo kesini, anak-anak belom dateng nih’ jawabnya lagi, ‘iya sebentar ini baru selesai mandi’, jawabku datar karena tidak enak mempersiapkan sesuatu sambil memegang handphone. ‘iya, jangan lupa jemput Risma ya Ni J’ jawabnya sambil menyuruhku untuk menjemput Risma nanti sewaktu aku berangkat ke rumah Bella. ‘Y’ jawabku singkat.
            Pagi ini aku mempersiapkan diri untuk menuju rumah Bella, karena sejak sebulan yang lalu aku disuruh membantunya untuk memberikan kejutan ulang tahun untuk pacar Bella. Kebetulan hari ini hari libur, jadi aku memutuskan untuk membantunya dengan senang hati. Karena pacar Bella juga teman satu sekolah aku dan juga Bella.
            Setelah semua sudah siap, aku segera menuju kamar mama untuk berpamitan. ‘ma, aku mau kerumah Bella nih, mau kasih kejutan buat pacarnya yang ulang tahun hehe’ amitku kepada mama yang sedang duduk asik melihat gosip di televisi. ‘Sama siapa nak? Naek apa? Pulang jam berapa? ‘ tanya mama beruntun tanpa memperbolehkan aku menjawabnya terlebih dahulu. ‘Sendiri ma, nanti aku jemput Risma dulu kok, rumahnya deket sama Bella cuman dia lagi gak ada sepeda motor, naek motorlah ma masa odong-odong hehe, kalau pulangnya sih aku gak tau ya jam berapa, namanya aja kejutan ma, kan belum tau bakal terlaksana jam berapa jadi juga gak tau bakalan selesai jam berapa nanti’ jawabku panjang lebar nan runtut dengan pertanyaannya dari mama tadi. ‘Yaudah, ini uang sakunya, hati-hati di jalan nak’ jawab mama sambil memberi uang jajan kepadaku. ‘iya ma muuciw yaw’ jawabku menggunakan bahasa alay jaman sekarang sambil mencium tangan mama, lalu berjalan kearah papa yang sedang asyik membaca Koran di teras rumah. ‘Pa, aku berangkat dulu, mau ke rumah Bella. Daaaaaa’ pamitku kepada papa sembari merebut tangannya yang sedang asyik memegang Koran. Seperti yang aku katakan, papa sedang asyik membaca Koran jadi pada saat aku pamit pun papa hanya menganggukkan kepala tanpa melihat ke arahku sedikipun, kebiasaan.
            Sembari memanaskan sekutermatic kesayanganku sebelum digunakan untuk pergi, aku memasangkan alat yang digunakan untuk mendengarkan musik yang terhubung dari handphone. Inilah perbuatan yang sangat salah bahkan dilarang oleh hukum, mendengarkan musik saat mengendarai motor, mungkin jika polisi melihatku, aku kan tertilang olehnya. Akan tetapi apa daya inilah kebiasaan, aku memang tidak bisa jika tidak mendengarkan musik pada saat mengendarai motor terkecuali jika aku membawa seorang teman dalam boncengan belakang motor. Karena jika tidak mendengarkan musik, aku bisa melamun sepanjang perjalanan dan itu sangat membahayakan aku bahkan siapapun saja yang melamun pada saat mengendarai motor.
            Sepeda motor sudah siap di operasikan, akhirnya pun aku mengirimkan pesan kepada Risma untuk memberitahukannya bahwa aku akan menuju rumahnya untuk menjemputnya. ‘Hey ndut, aku kerumahmu ini udah siap kan?’ tanyaku dalam pesan singkat itu. ‘Nia aku baru bangun nih.’ Jawabnya seperti orang tanpa dosa. ‘yaudah cepet sana mandi, aku ini sudah otw’ jawabku sambil menekan playlist lagu yang ada di media handphoneku lalu meletakkan handphone dalam saku sebelah kiri sepeda motor. Aku mengendarai motor dengan kecepatan 40 Km/Jam, tidak seperti biasanya aku mengendarai motor sepelan itu, kali ini aku mengendarai sepelan itu karena sembari menunggu Risma yang masih berguyur air dirumahnya, mandi. Dari pada aku menunggu lama dirumahnya, lebih baik aku menunggu di jalan sambil mendengarkan lagu-lagu yang sudah mengantri untuk di putar dalam playlist.
            Sekitar dua puluh menit sudah aku dalam perjalanan menuju rumah Risma yang sebetulnya hanya dapat ditempuh kurang lebih sepuluh menit dari rumahku,, akhirnya aku tiba di depan rumah yang aku tuju, yaitu rumah Risma. Di depan rumah tersebut telah berdiri wanita berkulit putih yang terlihat seperti menunggu seseorang. ‘Asslamuallaikum tante, Risma ada?.’ Tanyaku kepada orang tersebut yang aku ketahui itu adalah mama dari Risma. ‘Oh iya mbak Nia, ayo masuk dulu itu Rismanya masih keringin rambut. Ris,, ini Nia sudah datang’ jawab mamanya sembari memanggil Risma yang sedang mengeringkan rambut di ruang tamu. ‘Iya ma bentar,,,,’ jawab Risma sambil sedikit berteriak karena keberadaanya sedikit jauh dari aku dan mamanya. Beberapa menit aku menunggu sambil berbicara hal-hal yang menundang tawa dengan mamanya, Risma datang dengan tertawa kecil khas dari dia. Setelah semua sudah siap aku dan Risma memutuskan untuk berangkat menujnu rumah Bella. Aku dan Risma mencium tangan mamanya untuk berpamitan yang sedari tadi berdiri di depan gerbang rumahnya.
            Karena jarak rumah Risma dan rumah Bella yang tidak terlalu jauh, hanya selisih sekitar dua gang saja, kami dapat menempuh hanya selama lima menit saja. Sekarang aku sedang berada di depan gerbang rumah berwarna putih dan tingginya hanya sedada orang dewasa. Risma memutuskan untuk memanggil Bella dari luar gerbang tersebut. Tidak lama kemudian muncullah kepala Bella dari pintu utama di rumahnya, ia tidak memakai kerudung, ya biasanya dia memakai kerudung, karena mungkin ia baru saja selesai mandi. ‘Ayo masuk, buka sendiri gebangnya aku tidak memakai kerudung nih,’ suruhnya sambil menyembunyikan badan di balik pintu sehingga yang terlihat hanya setengah dari wajahnya saja. Segera Risma membuka gerbang tersebut dan segera juga aku memasukkan sepeda motor dalam garasi rumah Bella. ‘Dimana Dika sama Dikta, Bell?’ tanyaku sambil meletakkan motor disebelah mobil Bella. ‘Entahlah, mereka belum datang Ni, coba deh BBM Dika, dia lagi dimana coba,’ jawabnya malas. ‘iya sebentar.’ Jawabku singkat karena sedang sibuk melepas helm dan jaket yang aku kenakan dalam perjalanan menuju rumah Bella.
            Bella mengajakku dan Risma untuk menuju kamarnya, segera aku melaksanakan perintah Bella untuk mengirimkan BlackBerry Messenger kepada Dika. ‘Dik, kamu dimana? Ayo cepet kerumah Bella, aku sama Risma sudah disini nih,’ terpampang chatku kepada dika. ‘iya, ini lagi prepare Ni, bilang ke Bella sabar,’ jawab Dika cepat. Dika dan Dikta adalah teman dekat dari pacar Bella, jadi Bella memutuskan untuk mengajaknya memberi kejutan untuk pacarnya. Sembari menunggu Dika dan Dikta, aku merencanakan sesuatu bersama Bella dan Risma sesekali dengan candaan yang biasa kami lakukan bersama. Disekolah kami, aku, Risma dan Bella sudah terkenal sebagai teman dekat yang tidak terpisahkan sejak kelas dua Sekolah Menengah Atas. Kemanapun kami selalu bersama, entah itu ke kantin, ke mushola, bahkan ke toilet pun kami selalu bersama.
            Telah lama kami menunggu Dika dan Dikta, dari kamar Bella terdengar suara sepeda motor satria yang suaranya khas. ‘Nah itu pasti Dika,’ kataku menyahut candaan Bella. ‘Mana sih? Bukan ah,’ jawab Bella sambil mendengarkan sumber suara,’Iya itu Dika, aku kenal suara sepeda motornya,’jawabku ingin mempercayakan Bella dan Risma. ‘ehem iya iya yang serba tau tentang Dika,’ canda Risma kepadaku. Aku tak menjawab candaannya, hanya tersenyum dengan sipu malu. Setelah Bella dan Risma percaya bahwa yang datang adalah Dika dan Dikta segeralah kami menuju teras rumah untuk mempersilahkan mereka masuk kedalam rumah. Kami semua duduk di ruang tamu, sembari menyajikan beberapa minuman instan, Bella mulai membicarakan tentang kejutan yang akan diberikan kepada pacarnya, Tio. ‘Guys, gimana ini jadinya nanti kalau si Tio sudah datang kesini?’ tanya Bella kepada semua orang yang ada di dalam ruang tamu tersebut. ‘Seperti apa yang kita rencanakan sebelumnya saja Bell, nanti kamu yang menyambutnya datang, suruh dia masuk kedalam rumah setelah itu kamu minta tolong ke dia untuk mengantarmu membeli bubur ayam, seperti alasan kamu menyuruhnya datang kemari,’ saranku kepada Bella. ‘Iya bel, nanti kita sembunyi di garasi saja, setelah kalian keluar rumah baru kita-kita keluar dan langsung menyiramnya dengan air dan berbagai macamnya hehe,’ sahut Dika memberikan saran juga. ‘Nah, kamu yang bawa airnya Dik, Nia yang bawa telornya nanti aku yang bawa tepungnya,’ sahut Risma tak ingin kalah memberikan saran. ‘Okey, saran yang bagus, terserah kalian saja gimana caranya biar berhasil, nanti setelah dia belepotan semua baru aku masuk kedalam rumah lalu mengambil kue yang telah aku beli semalam, setuju?’ jawab Bella menyetujui saran teman-temannya dan memastikan setuju tidakkah teman-teman yang lain atas saran yang ada. ‘Setuju!!!!!,’ Jawab kami serentak.
            Sembari menunggu Tio yang tak kunjung tiba, kami memutuskan mengisi waktu dengan bercanda, mendengarkan musik dan juga melihat video-video yang mengundang gelak tawa kami. Tiba-tiba Dikta menerima pesan singkat dari teman Tim Futsalnya bahwa dia harus segera menuju Gor futsal untuk mengikuti turnamen. Pada akhirnya Dikta meninggalkan rumah Bella, untuk mengikuti turnamen tersebut, Disini tinggalah Dika pria seorang diri, akan tetapi itu tidak menghalangi kami untuk terus menciptakan suasana ramai. Tidak lama setelah Dikta pergi meninggalkan rumah Bella, terdengar suara pintu gerbang terbuka, segera aku mengintip dari balik jendela. ‘Woi Tio datang woi ayo ke garasi,’ kataku kepada teman – teman yang tetap memamerkan giginya, tertawa. ‘Hah? Beneran?,’ tanya Risma kaget. ‘Serius, udah jangan banyak tanya ayoooo!!,’ jawabku meyakinkan sembari menarik tangan Risma dan Dika yang banyak bertanya. Segera aku, Risma dan Dika bersembunyi di balik mobil untuk menunggu Tio dan Bella keluar dari rumah yang rencananya akan membeli bubur ayam.
            Sudah dalam posisi yang direncanakan tadi, Dika membawa ember yang berisi air, aku membawa tujuh buah telur yang dibawa dengan kantung plastik dan Risma membawa satu plastik tepung terigu. Aku melihat dari sela-sela pintu garasi, disana aku melihat kaki Bella dan Tio mendekati pintu gerbang untuk keluar rumah. Segera aku memberi aba-aba kepada Dika untuk segera keluar dan menyiramkan air kepada Tio. Tidak bisa menghindari, Tio pun terkena serangan dari kami. Bella yang berdiri didepan pintu utama rumahnya hanya tertawa melihat pacarnya dibuat hapir seperti adonan kue. Tio tertawa lebar setelah mengetahui bahwa dirinya diberi kejutan pada saat hari ulang tahunnya. Ia meratapi kaos yang dikenakannya, ‘waduh, barusan mandi sudah kayak gini lagi ya, bagus kalian hahaha,’ kata Tio sambil tertawa melihat kawan-kawan dan pacarnya tertawa puas. ‘Sudah terima saja bro hehehe,’ jawab Dika sambil meneruskan tertawa yang semakin keras. Setelah itu Bella masuk kedalam rumah untuk mengambil kue yang ia beli semalam, lalu membawanya keluar dan diberikan kepada Tio yang masih belepotan. ‘Happy Birthday to you… happy birthday to you…’ Suara Bella dari pintu utama rumahnya memualai nyanyian Happy birthday lalu diikuti Dika, Risma dan aku. Terlihat disana suasana romantis yang tercipta antara Bella dan Tio. Aku, Risma dan Dika hanya ikut bernyanyi sembari menyaksikan Bella memberikan kue kepada Tio, Tio meniup lilinnya dan juga memotong kuenya. Mata Tio tampak berkaca-kaca menyaksikan kejutan dari pacarnya dan juga kawan-kawannya. ‘Terima kasih banyak ya semua sudah mau kasih kejutan hehe,’ kata Tio berterima kasih kepada kami semua. ‘Sama-sama ya,’ jawab kami saling bergantian. ‘yuk kita sekarang bersihkan sisa-sisa kotoran ini, Tio kamu mandi sana, sudah aku siapkan baju ganti + handuknya,’ ajak Bella dan perintah Bella kepada Tio. Segera Tio menuju kamar mandi karena sudah terlihat dari tadi ia sudah tidak tahan dengan bau telur yang menyengat hidungnya.
Jika dilakukan dengan orang yang kita sayang sesederhana apapun akan terasa istimewa dan tak tergantikan. Keakraban antar kawan semakin rekat dan tampak pada hari ini, kami membersihkan bekas-bekas tepung terigu dan kulit telur dengan seksama. Banyak candaan pada saat kami membersihkan sisa-sisa kotoran ini. Ada yang saling menyiram air antar satu dengan lainnya, ada juga yang memberi cream kue di muka temannya. Semua terlihat akrab dan kekeluargaan. Setelah selesai membersihakan jalan yang terdapat sisa-sisa tepung tertigu dan kulit telur, kami melanjutkan dengan saling bertukar cerita di ruang tamu sembari menunggu Tio selesai mandi.

Setelah berjam-jam kami bersama, mulai tampak wajah-wajah lelah di muka teman-temanku. Aku memutuskan untuk berpamitan kepada Bella dengan diikuti teman-teman yang lain yang juga ingin pulang ke rumah masing – masing. ‘Bella, aku pulang dulu ya?’ tanyaku meminta ijin kepada Bella. ‘Iya Bel aku juga,’ lanjut Risma. ‘iyadeh aku juga,’ lanjut Dika yang juga inginkan pulang. ‘Baiklah, terimakasih ya sudah bantu aku, aku senang mempunyai teman yang selalu ada buat aku dalam senang maupun duka, seperti hari ini, aku senang, karena itu juga ada kalian disini,’ jawab Bella mengijinkan kami pulang dan juga tidak lupa mngucapkan terima kasih kepada kami. ‘Iya, makasih juga ya sudah kasih kejutan ke aku,’ tambah Tio yang berdiri disebelah Bella. ‘yoi, sama – sama ya,’ jawab Risma. ‘Yoi bro sama – sama, jangan lupa ya kalau sekolah traktiran ditunggu di kantin,’ lanjut Dika sambil memulai candaan kembali. ‘Nah, bagus! Setuju deh Dik sama kamu,’ lanjutku atas Candaan Dika. ‘Ehem cie-cie yang satu pendapat nih Nia sama Dika,’ canda Bella kepadaku dan juga kepada Dika. ‘Apasih engga…..,’ kataku malu-malu menjawab candaan Bella. Dika hanya tertawa mendengar candaan Bella dan melihat wajah merahku yang mulai muncul terlihat. Dan akhirnya kami memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. 



Cerpen jaman modus )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar